Ingatan sontak tertuju pada buku. Tak ada barang yang lebih banyak dari buku. Barang yang memenuhi setiap sudut rumah. Pikiran diselimuti prasangka dan amarah. Bagaimana perempuan ini menyuruh membuang hal yang diyakini anaknya sebagai pilihan jalan hidup.
Batin dilingkupi kecewa. Betapa ia tak paham apa yang telah menjadi bagian dari napas. Nalar tak mampu menjawab. Semestinya ia sadar bahwa restunya adalah tiket menuju surga. Anak mana yang tak takut disebut durhaka karena membangkang ibu?